Senin, 29 April 2013


                                                     Cermin Positif.

Mengkritik itu mudah, karena melihat kesalahan orang lain itu gampang. Namun kritik yang didasari oleh mencari-cari kesalahan orang lain tak mungkin dapat mempermudah keadaan. Anda tak perlu menghabiskan waktu dan tenaga anda untuk menilai apakah orang telah berbuat salah atau benar. Karena itu sangat mudah! Yang sulit adalah melihat kesalahan diri sendiri. Waspadalah bila anda begitu pandai mengkritik. Jangan-jangan anda tak mampu lagi melihat kebenaran. Dan sebuta-butanya orang ialah mereka yang bisa menangkap cahaya kebenaran.

Sekali anda gembira bisa menemukan sebutir debu kesalahan orang lain, anda tergoda untuk mendapatkan yang sebesar krikil. Begitu seterusnya, hingga tanpa sadar anda telah menciptakan gunung kesalahan orang lain. Orang tak pernah suka berkaca pada cermin yang memantulkan kekurangan wajahnya. Maka dari itu janganlah anda menjadi bayangan atas kesalahan orang lain. Bantulah mereka menemukan sisi positif diri mereka. Di saat itu pula orang lain akan memantulkan sisi baik anda sendiri.

Rabu, 24 April 2013


                              The Winner and The Looser

Seekor Kelinci sedang duduk santai di tepi pantai, tiba-tiba datang seekor  rubah jantan yang hendak memangsanya, lalu kelinci itu berkata:” Kalau memang kamu berani, hanyo kita berkelahi di dalam lubang keilinci, yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang”

Sang Rubah jantan merasa tertantang, “dimanapun jadi, masa sih kelinci bisa menang melawan aku?” Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggemggam setangkai paha rubah dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai, sambil memakai kaca mata hitam dan topi pantai, tiba-tiba datang seekor  Serigala besar yang hendak memangsanya, lalu kelinci itu berkata:” Kalau memang kamu berani, hanyo kita berkelahi di dalam lubang keilinci, yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang”

Sang Serigala besar merasa tertantang, “dimanapun jadi, masa sih kelinci bisa menang melawan aku?” Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggemggam setangkai paha Srigala dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai, sambil memasang payung pantai dan merebahkan diri di atas pasir, memakai kaca mata hitam dan topi pantai, tiba-tiba datang seekor  Beruang besar yang hendak memangsanya, lalu kelinci itu berkata:” Kalau memang kamu berani, hanyo kita berkelahi di dalam lubang keilinci, yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang”

Sang Beruang merasa tertantang, “dimanapun jadi, masa sih kelinci bisa menang melawan aku?” Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci, sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggemggam setangkai paha Beruang dan melahapnya dengan nikmat.

Pohon kelapa melambai-lambai, lembayung senja sudah tiba, habis sudah waktu bersantai, sang kelinci melongok kedalam lubang kelinci, sambil berkata  ‘Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan.. !!’

Keluarlah seekor harimau dari lubang itu, sangat besar badannya. Sambil menguap Harimau berkata, ‘Kerjasama kita sukses hari ini, kita makan kenyang dan saya tidak perlu berlari kencang untuk mengejar ‘.

Note.
The Winner, selalu berfikir mengenai kerja sama, sementara  The Looser, selalu berfikir begaimana menjadi tokoh yang paling berjaya.

Untuk membentuk ikatan persahabatan dan persaudaraan harus ada kerendahan hati dan keikhlasan kerja sama , meskipun Dengan Seorang Yang Kelihatan Tidak Lebih Baik Dari Kita.

Rabu, 17 April 2013


                                       Arti Sebuah Kemenangan

Kemengan bukanlah hanya ketika kita berhasil mengalahkan lawan di suatu pertandingan. Dan, bukan hanya ketika kita berhasil mencapai prestasi terbaik. Bahkan, bukan hanya ketika kita berhasil mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup ini.

Tapi, kemenangan adalah saat di mana kita dapat melawan suatu kegagalan. Saat di mana kita dapat mengatasi musibah. Saat di mana kita dapat bangkit dari suatu keadaan yang menyedihkan. Dan, saat di mana kita merasa sangat terpuruk namun kita mampu berjuang menghancurkan semua cobaan itu.

Kemenangan adalah saat di mana kita dapat menjadikan itu semua sebagai pertanda sayangnya Sang Maha Pencipta kepada kita. Saat di mana kita menyadari betapa kita dapat belajar banyak dari semua kegagalan yang kita alami.

Dan, kemenangan adalah saat di mana kita melangkah begitu mantap dan yakin bahwa kita begitu hebat untuk sekedar melawan suatu kegagalan kecil. Saat di mana kita dapat mengalahkan diri kita sendiri, sehingga kadang-kadang kita merindukan sebuah kegagalan. Karena kegagalanlah yang membuat kita sadar di mana kita berada

Minggu, 14 April 2013


                                          Sebuah Catatan Kehidupan

Semakin panjang usia kita, semakin panjang pula catatan pengalaman hidup kita. Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dari pengalamannya, maka pengalamannya, jadi kekayaan yang unik baginya. Usia membawanya pada kebajikan. Sedangkan bagi mereka yang acuh, pengalaman tak lebih dari goresan di atas pasir pantai. Usia tak menjamin apa-apa selain ketuaan baginya.

Meski kita sama-sama dinaungi oleh langit yang sama. Meski kita sama-sama diterangi oleh cahaya matahari yang sama, meski kita sama-sama digelapi oleh malam yang sama, namun kita tak pernah sama dalam menyerap semua itu. Kita melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda. Kita melangkah di jalan setapak dengan bobot yang berbeda.

Kita mengisi ruang waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula. Maka, meski kita lahir di bumi yang satu, namun kita hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita mempunyai sidik dunia pikiran yang tak sama bagi setiap orang. Keunikan itu takkan banyak berarti bila tak menjadi kekayaan bagi kita. Dan, kekayaan itu tak banyak bermakna bila tak membuat diri kita semakin baik dan bijaksana.

Sabtu, 13 April 2013


                                    Satu Takdir yang Sama.

Tak peduli apakah anda percaya akan takdir atau tidak, sejatinya kita ini memiliki satu takdir yang sama: yaitu menjadi manusia yang berbahagia. Tak butuh lebih dari satu kata untuk menjabarkan kebahagiaan. Karena kebahagiaan bukan untuk didefinisikan, namun dipahami dan dipancarkan dari dalam diri anda.

Tak peduli apa warna kulit, bentuk mata, dan garis rambut anda. Tak peduli pula apa bahasa,  keyakinan dan pegangan anda. Kita semua berhak menjadi bahagia. Dan semua ajaran kebijakan mengajak kita untuk membebaskan diri dari hambatan-hambatan yang membuat kita tak bahagia. Karena itu, tiada salahnya setelah menyisikan waktu di akhir pekan ini untuk kita merenungi semua perjalanan yang sedang kita lalui, sambil menatap jauh ke depan dan ke dalam diri, kita tuliskan tujuan hidup: untuk mencapai sebuah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang membebaskan kita dari sekat-sekat antar sesama. Dan itu dimulai dengan membebas diri dari sekat orang yang mementingkan dirinya sendiri dan dari sekat ego kita sendiri. 

Jumat, 12 April 2013


                                     Mengapa Harus Berteriak

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya: “Mengapa ketika sesorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab: “Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran. Karena itu ia berteriak.” “Tapi…” Sang guru balik bertanya,”lawan bicaranya justru berada  disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus..?”

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban tang memuaskan. Sang guru lalu berkata: “Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak.

Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.

Sang guru masih melanjutkan: “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Meraka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan lembut. Sehalus apapun, keduanya bisa  mendengarnya dengan begitu jelas.

Mengapa demikian?” Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya.
Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun yang berani memberikan jawaban. “Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perluh diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memehami apa yang ingin mereka sampaikan

Sang guru masih melanjutkan: “Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda.
Renungan Jum'at 
Jikalah

Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa, Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.

Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa tidak dinikmati saja, Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa, Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya, Sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri, Sedang kedermawanan justru melipat gandakannya.

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti membusungkan dada dan membuat kerusakan di dunia, Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.

Jikalah cinta akan menjadi masalalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama, Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah bahagia akan menjadi msalalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti dirasakan sendiri, Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna.

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan, Sedang begitu banyak kebaikan bisa kita lakukan.

Suatu harin nanti, semua telah menjadi masa lalu aku ingin ada di antar mereka, yang beralaskan di atas permadani sambil bercengkrama dengan tetangganya, saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu, Hingga mereka mendapat anugerah itu.

“ Duhai kawan, dulu aku miskin dan menderita, namun aku tetap berusaha senantiasa bersyukur dan bersabar. Dan ternyata, derita itu hanya sekejap saja dan Cuma seujung kuku, di banding segala nikmat yang kuterima disini”

“Wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi, namun aku bertaubat dan tak mengulang lagi hingga maut menghampiri. Dan ternyata, ampunan-nya seluas alam raya, hingga sekarang aku Bahagia.”

Suatu hari nanti, ketika semua telah menjadi masa lalu, Aku tak ingin ada di antara mereka, yang berpeluh darah dan keluh kesah, Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.

( Duhai harta yang dahulu kukumpulkan sepenuh raga, ilmu yang ku kejar setinggi langit, kini hanyalah masa lalu yang tak berarti. Mengapa dulu tak kubuat menjadi amal jariah yang dapat menyelamatkanku kini.)

(Duhai nestapa, kecewa, dan luka yang dulu kujalani, ternyata hanya sekejap saja disbanding sengsara yang harus kuarungi kini. Mengapa aku dulu tak sanggup bersabar meski hanya sedikit jua.

Kamis, 11 April 2013


                                           Rasa Sebuah Ketulusan

Seorang teman karib menghampiri meja kerja anda, dan memungut sebatang pensil yang patah. Pintanya, “Boleh aku pinjam ini?” Anda yang sibuk hanya menengok sekelebat dan berkata, “Ambil saja,” setelah itu anda lupa akan kejadian itu selamanya. Padahal bagi teman anda. Pensil patah itu amat berharga demi pengerjaan tugasnya.

Tahukah anda bagaimana “Rasa” sebuah ketulusan? Setiap dari kita pasti pernah memberikan sesuatu dengan setulus hati. Namun, tidak banyak yang mampu memahaminya. Karena ketulusan bukanlah rasa, apalagi untuk dirasa-rasakan. Ketulusan adalah rasa yang tak terasa, sebagaimana anda menyilakan teman dekat anda mengambil pensil patah anda. Tiada setitik pun keberatan .Tiada setitik pun permintaan terim kasih. Tiada setitik pun rasa berjasa. Semuanya lenyap dalam ketulusan. Sayangnya tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini seperti pensil patah itu. Sehingga selalu ada rasa keberatan atau berjasa saat kita saling berbagi. Sayangnya tidak mudah juga untuk bersibuk-sibuk pada keadaan diri sendiri, sehingga pensil patah pun tampak bagai penah emas. Jangan ingat-ingat perbuatan baik anda. Kebaikan yang anda letakkan dalam ingatan bagaikan debu yang tertiup angin akan lenyap tak benilai…

Rabu, 10 April 2013


                             Memberi Tanpa Pertimbangan

Cobalah untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan suatu yang kecil yamg tak terlalu berharga di mata anda. Mulai dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan: diberikan. Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakan telinga. Atau, anda sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meinta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keeping pada mereka.

Barang kali ada rasa enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorangpun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. Ingat, kali ini anda hanya sedang “berlatih” memberi, mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada berarti? Rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda. Sesuatu itu bernama kasih sayang.

Memberi tnpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus disungai. Arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda berikan. Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan ada di dalam lubuk hati anda.

Jumat, 05 April 2013


                                   Bicara Dengan Bahasa Hati

# Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta

# Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang

# Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan

# Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan

# Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran

Semua itu harus berawal dan berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa kerasnya otot dan betapa tajamnya otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak akan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis,. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.

Mulailah dangan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda.

Kamis, 04 April 2013


                                          Orang Pertama Yang Dihukum Di Akhirat
                                             http://www.syariahbisnis.com/?id=alan

Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pada hari kiamat Allah akan menghukum semua makhluk dan semua makhluk tertekuk lutut. Pada hari itu orang yang pertama sekali akan dipanggil ialah orang yang mengerti Al-Quran, kedua orang yang mati fisabilillah dan ketiga ialah orang kaya.

Allah akan bertanya kepada orang yang mengerti Al-Quran: "Bukankah Aku telah mengajar kepadamu apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku?. Orang itu menjawab: "Benar Ya Tuhanku. Aku telah mempelajarinya di waktu malam dan mengerjakannya di waktu siang." Allah berfirman: "Dusta! Kamu hanya mahu digelar sebagai Qari dan Qariah, malaikat juga berkata demikian." Datang orang kedua, lalu Allah bertanya: "Kenapa kamu terbunuh?." Jawab orang itu: "Aku telah berperang untuk menegakkan agama-Mu." Allah berfirman: "Dusta! Kamu hanya ingin disebut pahlawan yang gagah berani dan kamu telah mendapat gelaran tersebut, malaikat juga berkata demikian."

Kemudian datang orang ketika pula: "Apa kamu buat terhadap harta yang Aku berikan kepadamu?." Jawab orang itu: "Aku gunakan untuk membantu kaum keluargaku dan juga untuk bersedekah." Lantas Allah berfirman: "Dusta! Kamu hanya ingin disebut dermawan dan kamu telah dikenali, malaikat juga berkata demikian." Sabda Rasulullah s.a.w. lagi: "Ketiga-tiga orang inilah yang pertama-tama akan dibakar dalam api neraka."
http://www.syariahbisnis.com/?id=alan